1:47 PM
0
Kendal merupakan kota kecil di jalur Pantura, jika kita melintasi kota Kendal pasti akan menemukan sebuah masjid yang terletak ditengah kota, , itulah masjid agung Kendal. Masjid itu didirikan oleh Wali Joko, Beliau adalah adik dari Sunan Katong yang merupakan pencetus nama Kendal dari buah peperangannya melawan Pakuwojo yang pasa saat itu Pakuwojo bersembunyi pada sebuah pohon yang tengahnya berlubang, kalau dalam bahasa jawa kuno pohon yang tengahnya berlubang itu dinamakan Kendal, dan nama itu tetep di pakai sampai sekarang.

Lebih dari empat abad silam, atau tepatnya 1210 H, Wali Joko mendirikan sebuah masjid di Kendal. Wali Joko yang di saat mudanya bernama Pangeran Panggung merupakan putra bungsu Prabu Kertabumi/Brawijaya V dengan Permaisuri Murdaningrum, seorang putri dari Kerajaan Campa (Thailand). Kini, masjid peninggalan Wali Joko tersebut dikenal dengan Masjid Agung. Seiring berjalannya waktu, masjid yang berdiri gagah di pusat Kota Kendal ini telah mengalami delapan kali renovasi. Di sisi lain, tidak banyak benda-benda peninggalan yang dapat ditemui di masjid itu. Menurut catatan takmir masjid, sejarah hanya menyisakan antara lain berupa, maksurah atau tempat shalat bagi bupati kala itu, mimbar tempat khotbah berbahan kayu jati yang di bagian muka bertuliskan tahun 1210, serta bergambar beduk dan penabuhnya.


Adanya makam di kompleks masjid, pada awalnya adalah rumah Wali Joko. Selain makam Wali Joko yang berada di depan sebelah selatan Masjid Agung, di belakang masjid juga terdapat dua makam ulama. Yaitu makam Kiai Abu Sujak yang di era 1800-an adalah penghulu pertama Masjid Agung dan makam Wali Hadi yang meninggal pada 1930. Semasa hidup, Wali Hadi merupakan pengisi pengajian di masjid ini, papar KH Makmun Amin, takmir Masjid Agung Kendal. KH Makmun Amin mengatakan berdasar penelusuran sejarah yang berhasil dirangkumnya, disebutkan Wali Joko masih memiliki hubungan darah dengan Raden Patah, raja pertama Kerajaan Demak Bintoro. Raden Patah adalah putra Prabu Kertabumi dengan Permaisuri putri Kerajaan Campa, Dewi Kian (Jin Bum).

Wali Joko yang memiliki nama kecil Jaka Suwirya adalah kakak-beradik dengan Sri Batara Katong (Sunan Katong) yang dimakamkan di Kaliwungu. Saat muda, Wali Joko pernah berguru pada Syeh Siti Jenar. Raden Patah yang mengetahui hal ini, kemudian menasehati Wali Joko agar meninggalkan ajaran yang dinilai menyimpang dari syariat Islam, utamanya di bidang tauhid itu. Raden Patah menyarankan agar Wali Joko belajar agama kepada Sunan Kalijaga yang beraliran ahlusunnnah wal jama`ah. Setelah dirasa ilmunya cukup memadai untuk dikembangkan melalui dakwah, Beliau ditugaskan dibagian Barat Semarang. Sunan Katong di wilayah Kaliwungu, sedangkan Wali Joko di Kendal. Setelah sampai di Kendal Beliau mulai berdakwah dengan mengajarkan tauhid, akidah, dll.

Di masjid yang didirikannya, dulu Wali Joko memiliki sejumlah santri mulai sari Gringsing, Kali Salak, Limpung(Pekalongan). Beliau menanggung seluruh kebutuhan hidup para santrinya. Selain diberi pembelajaran ilmu agama, para santri juga dikaryakan antara lain dengan mengolah lahan pertanian dan tambak. Bangunan masjid yang pertama kali berukuran 27 * 27 = 729m2, yang terdiri dari 16 saka atapnya bersusun 3 dibuat dari sirap, lantainya plaster tempat wudhu berupa kolah pendem yang mendapat aliran air dari sungai kenkal yang dibuat oleh Wali Joko sendiri dengan menggoreskan tongkat dari Kedung Pengilon desa Magangan, letak kolamnya ada di depan masjid sebelah selatan utara makam Wali Joko.

Perjuangan Beliau berakhir ketika berumur 63th, sama seperti perjuangan nabi Kita. Kemudian di makamkan di kediaman Beliau sendiri yaitu yang sekarang menjadi makam Wali Joko.

Alhamdulillah pada tanggal 5 Oktober 2013 saya berkesempatan mengunjungi Kendal dan siang hari saya menyempatkan diri untuk Shalat Dzuhur di Masjid Agung Kendal. Saat ini bangunanya megah dengan menara yang menjulang tinggi. Berikut foto-foto Masjid Agung Kendal saat ini.





Sumber
http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/14/kot36.htm
http://mukaromahs.blogspot.com/2011/02/sejarah-berdirinya-masjid-kendal.html

0 comments:

Post a Comment